Senpai Dan Kouhainya
Setiap malam entah hari hujan yang dingin atau cuaca cerah
mereka akan selalu pergi ke warung oden untuk sekedar minum atau makan oden
sambil berbincang-bincang dengan
temannya atau orang lain yang di jumpainya.
Malam ini adalah seorang pegawai kantoran dari sebuah
perusahaan game, dengan seorang teman kerjanya. Mereka baru berdua baru pulang
dari sebuah pesta dan mereka melanjutkan untuk ronde kedua walaupun yang ada
hanya 2 orang.
“Nah, Kaoki bagaimana pendapat mu dengan pesta tadi?”
“Hmm, bagaimana apa maksud mu Kawaji San?”
“Yah, gimana ya jelasinnya hmm, ya kita sudah berusaha
mengerjakannya selama satu tahun ini, dan dari berbagai kesulitan dan tekanan
deadline akhirnya game kita selesai dan akhirnya akan rilis juga.”
“Hmm, kalau dipikir-pikir, hmm, aku tak bisa
mengungkapkannya dengan kata-kata, karena aku merasa wah akhirnya aku bisa membuat
game pertamaku dengan Kawaji San dan lainnya aku juga merasa sangat senang,”
Minum sake dan memakan oden sambil berbincang-bincang seperti
ini memang sudah pemandangan sehari-hari di gerobak oden seperti ini.
“Tapi memang kau adalah sesuatu yang lain Kaoki.”
Kaoki namanya dia adalah pekerja baru dari New Light Hope
game company. Perusahaan game yang baru berdiri selama 10 tahun.
“Apa maksud mu dengan sesuatu yang lain Kawaji San?”
“Bila kau tidak mengurus bagian efek suara dan musiknya aku
pikir game ini tidak akan menjadi game yang bagus.”
“Ah, kau terlalu memuji Kawaji San.”
Reneo Kawaji adalah senior dalam perusahaan game itu yang
mengurus bagian dalam game engine progammer.
“Tidak juga, efek-efek suara yang kau hasilkan benar-benar
jernih dan terlihat asli, bagaimana cara kau melakukannya Kaoki?”
“Aku melakukannya seperti biasanya, dan tidak melakukan hal
yang khusus mungkin karena aku benar-benar mencintai suara-suara yang ada di
sekitarku.”
“Eh, apa maksudmu dengan mencintai suara-suara Kaoki ?”
Kaoki mengeluarkan sebuah alat kotak kecil hitam itu adalah
voice recorder yang mungkin biasanya digunakan oleh para wartawan berita.
“Inilah yang ku maksud dengan mencintai suara-suara
disekitarku.”
“Bukankah itu perekam suara!”
“Ya, ini perekam suara, aku selalu merekam setiap suara
disekitarku setiap hari dan waktu.”
“Jadi kau selalu membawa itu setiap hari? Aku bahkan tidak
tahu bila kau suka merekam suara.”
“Ya, Kawaki san aku membawanya setiap hari, dan kadang aku
merekam secara diam-diam bila ada suara-suara yang menurutku menarik di
kantor.”
“Hahaha, aku pikir kau seorang wartawan atau mungkin
mata-mata dari perusahaan lain.”
“Tidak mungkinlah aku seorang mata-mata Kawaji san.”
Tiba-tiba mata Kawaji san terlihat serius dan tangannya
mulai memegang pundak Kaoki dengan erat.
“Tapi itu benar, kau sebenarnya lebih dari 6 bulan ini sudah
dicurigai oleh direktur bahwa kau adalah mata-mata.”
“Mana mungkin, aku begitu.”
“Tapi kau selalu menyendiri, kadang melakukan hal aneh dan
suka menguping, atau kadang saat orang sedang berbicara kau hanya berdiri
seperti patung tanpa berbicara, sambil memasukan tangan kedalam saku celana.”
“Hahaha ya sebenarnya aku masih belum terbiasa beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Dan aku selalu menyalakan recorder ku tanpa henti
selama di kantor waktu itu, tapi aku bukanlah mata-mata.”
“Ya, aku percaya game kita sudah rilis dan tanpa kebocoran
informasi apapun.”
“Aku tidak akan mungkin mengkhianati perusahaan Kawaji san.”
“Tapi kalau boleh aku tahu, sebelum di perusahaan game kau
bekerja dimana?”
“Aku sempat bekerja di studio music yang berurusan dengan
suara effect untuk pembuatan animasi.”
“Hmm, sudah kuduga, apakah kau juga penah membuat efek suara
anime?”
“Pernah sekali, itu adalah sebuah efek suara yang
benar-benar hebat yang pernah kubuat.”
“Heh, benarkah? Anime apa yang kaugarap waktu itu?”
“Aku lupa judulnya, sudah 3 tahun aku tak mendengarkan
berkasnya.”
“Berkas?”
“Maksudku adalaha file suara, aku mempunyai banyak file-file
suara yang kurekam hingga aku tidak tahu lagi filenya ada dimana.”
“Apakah sebanyak itu file-file suaramu?”
“Hmm, kurang lebih empat hingga 5 tera lebih.”
“Gila, kau benar-benar maniak suara Kaoki.”
“Hahaha, itu belum seberapa Kawaji san, itu saja masih
kurang.”
“Masih kurang, Apakah kau mau beli Harddisk baru lagi?”
“Iya, aku akan membeli nya sekitar dua tera lagi untuk
perjalanan ku nanti.”
“Perjalanan? Apakah kau mau pergi ke suatu tempat.”
“Sebenarnya, aku mengambil cuti 2 bulan untuk pergi berlibur
ke asia tenggara.”
“Wow, benarkah apa di bolehkan oleh direktur?”
“Boleh, asal jangan lebih 2 bulan.”
“Ehhh! Enak sekali kau Kaoki.”
“Aku memang sudah lama ingin pergi berjalan-jalan ke asia
tenggara, untuk mencoba mendapat suara baru dan berbeda di daerah di tempat
yang berbeda.”
“Kenapa harus jauh-jauh ke luar negeri Kaoki? Apakah disini
tidak cukup suara untuk kau temukan.”
“Ya, kau tahu bahwa bila kita ke negara lain tempat,
suasana, dan bahasanya mempunyai karakter unik masing-masing. Maka dari itu aku
ingin mendengar sendiri suara-suara asing yang tak pernah kudengar sebelumnya.”
“Wah, enak sekali aku juga ingin pergi ke luar negeri
setidaknya sekali.”
“Bagaimana bila kau ikut jalan-jalan bersamaku Kawaji san.”
“Ya bila aku sekarang masih bujang, mungkin aku akan ikut,
tapi sekarang aku sudah berkeluarga aku takan sanggup bila meninggalkan anak
istri ku sendirian.”
“Kau suami yang baik, Kawaji san.”
“Ah, kau terlalu muji Kaoki.”
“Tidak, tidak, kau memang orang baik Kawaji sana, kau adalah
orang yang ramah, kau tahu bahwa aku ini orangnya kadang sangat pendiam dan
susah bersolisasi sejak aku datang ke perusahaan ini, tapi kau orang yang baik
dan ramah kepada siapapun hingga aku senang saat pertama kali menyapaku,
apalagi saat ini kau mengajakku untuk pergi dan mengobrol seperti ini.”
“Haha aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat, karena aku
baru sadar bahwa sebuah video game yang bagus tidak hanya membutuhkan sebuah
cerita dan graphic serta gameplay dibutuhkan juga efek suara yang bagus.”
“Hahaha, aku hanya biasa saja Kawaji san kau terlalu
berlebihan.”
Wajah Kaoki terlihat memerah dan menunjukan rasa senang
karena di puji oleh Kawaji san.
“Kawaji San!”
Kaoki lalu menundukan badannya kearah Kawaji san.
“Terimakasih atas usahamu selama ini di dalam perkembangan
progammer dalam game ini.”
Lalu Kawaji san pun melakukan hal yang sama kepada Kaoki.”
“Aku juga Terimakasih atas usahamu dalam membuat suara yang
indah untuk game ini.”
Lalu mereka melanjutkan dengan minum sake dan minum sake,
mereka tampak bersenang-senang dan akrab sekali.
“Kawaji san, apakah kau akan merindukan ku bila aku pergi
dua bulan ini.”
Kawaji san pun menjitak kepala kaoki.
“Bodoh, mana mungkin aku akan merindukan seorang pria, aku
masih normal, hahaha.”
“Maksudku bukan itu, bila aku tidak kau mungkin tidak akan
pernah mengajak kesini lagi untuk minum-minum atau yang lainnya.”
“Hmmm, ya aku tahu mungkin akan terasa sepi bila temanku
tidak ada tapi, kau pergi untuk membuat dirimu berkembang kan"
Kaoki terpaku dan matanya berkaca-kaca.
“Kawaji san terimakasih.”
“Eh, kenapa kau bersedih, bodoh kau sudah tua tapi tetap
menangis hahaha.”
“Tidak aku hanya terharu Kawaji san.”
Mereka lalu bergegas untuk pulang karena dirasa sudah malam.
“Sepertinya istri ku sudah menunggu, kita pulang sekarang
Kaoki.”
“Iya Kawaji san aku juga sudah mulai mengantuk.”
“Kaoki hati-hati dalam perjalanan dan jangan lupa bawakan
aku oleh-oleh.”
“Hahaha, baik Kawaji san aku tak akan lupa akan kubawakan
kau oleh-oleh nanti.”
END