Selasa, 07 Februari 2017

Yokaiwara



Part 2

“Ayah kenapa? Kita harus tinggal di dalam gua?”

“Nak, gua ini adalah tempat perlindungan kita dan disini akan membuat kita terus aman.”

“Tapi ayah, aku juga ingin pergi keluar gua.”

“Iya nanti ayah akan ajak Nia keluar ya.”

“Iya ayah Nia, mau keluar sama ayah.”

“Ayaahh....”

Larchnia tebangun dari mimpi yang membuatnya mengingat kejadian dahulu saat dia bersama keluarganya. Terlihat raut wajah yang sedih yang menitikan air mata.

“Ada apa nyonya, sepertinya anda tadi berteriak?”

“Tidak ada apa-apa, Jen.”

“Baik nyonya aku permisi dulu.”

Larchnia Belst bangun dan segera berdandan, merias wajahnya, dan merapikan rambutnya. Malam ini Larchnia akan ada tamu yang datang dari ibukota. Dia seorang pejabat kerajaan ibukota. Yang juga melakukan investigasi di Yokaiwara.

Di Suatu Termpat...

“Ah berapa lama lagi perjalanan ke Yokaiwara, Mest?”

“Kira-kira 3-4 jam lagi kita akan sampai.”

“Ah bosaan aku ingin bertemu dengan gadis-gadis aneh itu, yang jarang kulihat di ibukota.”

“Hai Konso, kau harusnya melakukan investigasi mu dengan benar, kita kesana bukan untuk main-main,”

“Huh dasar Mest, padahal sudah kuajak pergi ke yokaiwara tapi kau malah menceramahi ku,”

“Bodoh... kita disini bukan buat main-main.”

“Iya, iya aku tau Mest.”

Di dalam sebuah kereta kuda yang berasal dari kerajaan Oklizof, ada dua orang pemuda yang sedang berbincang. Dia adalah Konso Liguan seorang investigator dari kerajaan dan juga Mest ChefMan, seorang koki yang bekerja di rumah bangsawan Liguan.

“Mest, apakah aku boleh memakan bekal ku.”

“Apa! bukannya kau sudah makan tadi?”

“Aku lapar lagi Mest, ayolah berikan bekal buatanmu Mest.”

“Konso kan sudah kubilang jaga pola makanan mu atau kau akan bertambah gemuk nanti.”

“Tapi makanan yang kau buat selalu enak aku sudah tak tahan untuk memakannya lagi dan lagi.”

“Tidak Konso, aku takut tuan besar marah padaku, karena kau akan terlalu gemuk nanti.”

“Mest pelit.”

“Dasar kau Konso, kau pikir sudah berumur berapa melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu.”

“Hahaha, aku bosan Mest, penghilang rasa bosan adalah makanan mu.”

Mest adalah seorang koki yang hebat dia pintar memasak dan juga masakan buatannya sangat enak hingga bisa diakui oleh bangsawan di ibukota. Sedangkan Konso adalah seorang tuan muda yang pintar, tetapi dia cukup manja. Walaupun begitu bila menyangkut tentang investigasi dia akan bekerja dengan sangat teliti.
Mest bukanlah seorang koki biasa. Dia adalah seorang petualang dan hunter sejak masa kecilnya. Walau begitu yang dia lakukan dari berburu hanyalah ingin mendapatkan bahan-bahan aneh untuk masakannya, dia tergolong ukuran orang sadis yang bisa membunuh monster apapun untuk jadi bahan masakan walaupun begitu masakannya akan tetap terasa enak selepas berapa aneh bahan masakannya itu.

“Hai Mest apakah kita perlu menyamar bila kita sudah sampai Yokaiawara.”

“Hmmm menyamar yah, tapi bila kau menyamar wajah tampan mu tak akan keliahatan Konso hahahah.”

“Ahh Mest kau benar-benar jahat, apakah kau meledek ku.”

“Aku hanya bercanda, kau mudah dijahili.”

“Tapi kalau aku di ahili Mest, aku  gak akan marah kau selalu baik, dan suka menjagaku, juga yang paling ku suka masakan mu sangat enak.”

Mest dan Konso adalah sahabat walaupun mereka mempunyai hubungan sebagai seorang koki dan tuan muda, saking akrabnya mereka tak mempedulikan status itu karena Mest juga sudah dihormati dan akui oleh keluarga bangsawan Liguan, Sebagai Chef kelas atas yang menyajikan makanan-makanan yang sangat enak dan berkualitas tinggi.

“Tuan kita hampir sampai.”

“Mest bangun ayo bangun.”

“Ada apa konso, apakah ada penyerangan?”

“Bodoh, bukan itu kita sudah hampir sampai kita harus menyamar dan bergerak sekarang.”
“Oh itu baiklah, ayo.”

 Mereka turun dari kereta kuda dan berjalan kearah Yokaiwara. Jalanan yang sepi, dan gelap membuat konso sedikit takut, lalu Konso mencoba meraih jubah Mest agar tidak takut.

“Mest tunggu aku, jangan terlalu cepat.”

“Konso, kita harus cepat sebelum sampai Yokaiwara, jalan ini sungguh sangat berbahaya.”

“Benarkah Mest, aku merasa takut.”

“Tenang saja Konso kan ada aku.”

Lalu Konso dan Mest berjalan dengan cepat, akan tetapi Mest merasakan pergerakan yang aneh yang selalu mengikutinya.

“Konso, tetap di belakang ku.”

“Ada apa Mest?”

“Sruk, sruk,sruk,”

Konso dengan cepat mengeluarkan pisaunya dan langsung melemparkannya kearah rerumputan.

“Mest apa itu?”

“Aku tidak tahu, akan kuperiksa.”

Mest berjalan ke arah rerumputan dan dia melihat hanya seekor kelinci.

“Ku kira apa ternyata hanya se ekor kelinci.”

“Kau buat kaget saja Mest, hahaha”

Setelah sekitar satu jam dalam perjalan yang begitu menegangkan, terlihat cahaya lampu-lampu dan keramaian orang yang lalu-lalang.

“Mest lihat, itu Yokaiwara kita sudah sampai Mest.”

“Iya, iya, aku tau Konso, jangan bertingkah kekanak-kanakan seperti itu kau membuatku malu.”

“Ahh, kau jahat Mest, tak bisakah kau melihatku bahagia sedikit.”

“Hahaha, kau seperti anak kecil, kau sangat senang sekali ingin melihat monster-monster itu, Konso.”
“Aku hanya penasaran Mest, kau tahu aku tak pernah keluar dari ibukota semenjak ku kecil jadi ini sangat membuatku bersemangat.”

“Hmm baiklah, tapi kau harus berada di dekatku, dan siapkan buku catatanmu, dan buat sihir mu tetap aktif, oke.”

“Siap Mest.”

Konso mengaktifkan sihirnya. Ya walau dia terlihat lemah tapi dia bisa menggunakan sihir walaupun bukan sihir untuk tipe bertarung, tetapi sihirnya tetap luar biasa. Dia bisa menulis tanpa menggunakan pensil atau alat tulis. Apapun yang dipikirkan di dalam kepalanya buku yang dipegangnya akan bisa menuliskan kata-katanya sendiri dan juga tidak mudah menggunakan sihir ini karena, harus sangat fokus agar apa yang dipikirannya bisa sama dengan apa yang akan tertulis di bukunya.

“Tuan, mari sini.”

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Konso, dan mulai berbisik-bisik.

“Tuan aku baru punya gadis baru, baru saja kubeli, apakah kau tertarik.”

Tiba-tiba Mest menghampiri orang itu untuk menghajarnya, tetapi segera di tahan oleh Konso.

“Tak apa-apa Mest, dia tak bermaksud jahat.”

“Oh, apakah ini teman mu tuan.”

“Iya, dia temanku, jadi gadis yang kita bicarkan, dia monster dari ras apa?”

“Dia dari ras succubus, tuan.”

“Hei, apa kau gila membiarkan succubus berkeliaran disini.”
“Tenang saja tuan, yang ini masih baru sepertinya dia masih muda.”

“Baiklah, apakah mahal?”

“Sepertinya tuan baru datang ke daerah ini ya?”

“Kau betul, aku baru pertama kali ke Yokaiwara.”

DI Yokaiwara perbudakan oleh para monster betina/perempuan sangat sering terjadi. Mereka sengaja ditangkap dan diburu untuk diperjualbelikan. Bila beruntung kadang para monster itu bisa sebagai peliharaan bangsawan, tetapi sebenarnya monster-monster ini lebih baik berada Yokaiwara, karena mereka tidak akan terikat oleh apapun dan akan selalu dilindungi dengan oleh para germo disini, yang sangat memperhatikan para monsternya di kawasan lampu merah ini.

Mest dan Konso pun akhirnya terayu akan bujukan germo itu, lalu Konso memutuskan untuk masuk bersama Mest. Dia diantarkan menuju kesebuah ruangan yang mempunya meja kecil. Dan Konso dan Mest dipersilahkan untuk duduk.

“Berikan aku minuman yang terbaik yang kau sediakan disini.”

“Hai Kione bawakan tuan muda ini minuman terbaik kita.”

“baik tuan saya akan segera bawakan.”

Lalu sucubbus itu datang sambil membawakan minuman yang diminta oleh Konso.

“Kione kau temani tuan muda ini mimum.”

“Baik tuan.”

Lalu sucubbus itu pun duduk dekat Konso
.
“Mest... Mest apa yang harus kulakuan ditempat seperti ini.”

Konso berbisik-bisik dengan Mest dengan wajah yang memerah.

“Santai saja, gak usah tegang begitu, nikmatin saja.”

“Tapi... aku gak tau bagaimana cara menikmati ini, atau bagaimana aku harus bersikap.”

“Hahah, oke sini aku contohkan, tapi ingat kita hanya investigasi berikan pertanyaan-pertanyaan biasa saja, yang membuat kita tidak dicurigai.”

“Baiklah Mest aku mengerti.”

Lalu Mest pun mulai mencoba membuka obrolan dengan sucubbus itu.

“Hmm maaf kalau boleh tau siapa nama mu tadi.”

“Aku Lione tuan.”

“Eh, bukannya Kione?”

“Ya, sebenarnya aku baru diberi nama itu oleh tuan Borch yang punya tempat ini.”

“Oh begitu, Aku Mest seorang Koki dan ini temanku Konso, dia adalah seorang bangsawan, aku hanya menemani nya karena dia merengek-rengek mau kesini, hahaha.”

Lalu konso pun menyenggol badannya Mest dan juga terlihat wajahnya memerah saking malunya.

“Kenapa kau memberitahunya kalau aku bangsawan, Mest.”

“Kau terlihat malu-malu seperti itu, jadi kalau kau mengaku bangsawan yang baru pertama kali kesini kau tak akan dicurigai sebagai investigator.”

“Oh, kau benar juga.”

Lalu Mest langsung kembali bercakap-cakap dengan Lione.

“Maaf Lione, temanku ini rada pemalu, dia baru pertama kali kesini.”

“Tidak apa-apa tuan, aku juga baru pertama kali betugas melayani jadi aku juga masih belum paham,  untuk melakukan apa-apa aku mohon bimbingannya.”

“Haha, aku sudah 3 tahun tidak kesini dan perkembangan di Yokaiwara sangat maju.”

“Kau sudah beberapa kali kesini Mest?”

“Kira-kira tiga kali, aku kesini kalau di hitung-hitung.”

“Kau ternyata sangat sering kesini.”

“Tentu saja bukan, kalau aku tidak pernah kesini kau tidak akan pernah mengajak ku kesini.”

“Hahahah, kau benar juga Mest.”

Lalu Mest dan Konso asik mengobrol dengan gadis succubus itu. dan setelah selesai makan tiba-tiba sang germo Borch menghampiri mereka berdua.

“Tuan-tuan apakah, tuan mau melanjutkannya ke sesi yang ke dua.”

“Sesi kedua?”

Konso pun menyenggol Mest dengan sikunya.

“Hai Mest apa yang di maksudnya dengan sesi kedua?”

Lalu Mest pun mendekat ke Konso dan mulai membisikan sesuatu ke kupingnya. Setelah itu terlihat wajah Konso memerah dan dia menjadi salah tingkah.

“Mest apa kau serius dengan apa yang kau bisikan tadi.”

“Hee kenapa tidak.”

Lalu Mest mendekat kepada Kione, sambil memegang wajahnya dan bagaian tubuh payudaranya.

“Lihat wajahnya dan bagian tubuh ini apakah kau tidak mau melakuakannya.”

Tiba-tiba Konso bangun dan menyeret tangan Mest.

“Mest apakah kau gila? Aku sudah bertunangan kau tahu.”

“Apa salahnya kau mencoba terlebih dahulu bagaimana rasanya sebelum kau menikah, tidak apa-apa lah kau membuang keperjakaanmu disini. Coba kau lihat gadis sucubbus secantik ini apa Cuma kau liat doang.”

“Tapi... tapi...”

“Sudahlah Konso kenapa kau tidak menikmatinya saja untuk malam ini, setidaknya bersenang-senanglah mumpung kita sudah berada disini.”

Lalu Borsch Langsung memotong pembicaraannya antara Mest dan Konso
.
“Tuan-tuan apakah anda sudah siap untuk sesi kedua?”

“Nah konso, jadilah seorang laki-laki.”

Mest mendorong maju tubuh konso kedepan.
Konso tidak bisa mengelak lagi dan dengan malu-malu akhirnya Konso di giring menuju ke sebuah ruangan lain oleh Lione. Dan sementara itu Mest langsung menghampiri Borsch.

Bersambung

Senin, 06 Februari 2017

HIK Tou San


Prologue
Sebagai pelajar tingkat atas yang disebut mahasiswa, gue juga suka mencari tempat makan yang murah, kadang bisa warteg dan warung makan lain yang pokoknya iritlah. Kalau ada duit lebih kadang bolehlah pergi  ke tempat masakan padang. Tetapi, malam ini gw cuma bawa duit lima ribu di dompet dan saat ini gua laper.

Oh iya kalau dipikir-pikir dengan duit yang cuma lima rebu ini apa bisa gua malam ini makan? Mau coba beli nasi goreng bisa gak ya dapet setengah porsi? Ahhh gua pusing mikirin tentang masalah perut dengan duit segini. Bukanya gua boros tapi memang ini lagi akhir bulan dan biasanya orang tua gue akan kirim duit bulanan tanggal satu atau dua. Tapi ya mungkin gua harus beli mie lagi kali yak daripada laper lumayan itung-itung dapet dua bungkus.

Gua mulai mencari warung kelontong terdekat untuk beli mie, walaupun tadinya ada niat beli mie bungkus di minimarket sambil sapa tau aja bisa godain mbak-mbak kasir. Tapi, gua tahan aja, tengsin gua masa minimarket cuma beli mie dua bungkus doang.

Di saat gua udah nemu warung. Nah, tiba-tiba gua dengar lagu yang gak asing di telinga gua dan lagu suka sering jadi playlist favorit gue dari ost anime pembuka dari seri meccha favorit gua yaitu: Mobile Suit Gundam  Iron Blooded Orphan.

“Anjir malem-malem puter lagu raise your flag dari Man With A Mission .”

Saking semgangatnya denger tu lagu gue sampe ngomong sendiri. Terus gua penasaran dan mulai cari asal suara tu lagu yang bikin gua rada seneng juga sih karena jarang-jarang hari gini muter lagu jepang.
Pas gua mulai cari gua lihat dari kejauhan ada gerobak di pinggir jalan deket pohon beringin. Dan gue liat keliatannya sepi banget. Gua mulai ragu untuk nyamperin tu gerobak yang muterin lagu raise your flag. Pasalnya, karena sepi padahal walaupun daerah pinggiran kota kalau jam sepuluh harusnya rada rame tapi ini rada sepi banget.

Anjritt gua samperin kagakya? Gua mulai binggung tapi di saat gua binggung gua mencium bau nasi yang wangi dan kayak nasi campur ikan gitu. Gua mulai gak peduli tentang rasa takut dan gelisah gue tanpa sadar kaki gue mulai jalan sendiri ke tempat gerobak itu. 

Eh buset dah badan udah kayak robot bisa jalan sendiri begini. Tiba-tiba gue udah mulai duduk di kursi dan mata gue terbelalak liat banyak makan di meja kayak aneka gorengan tempe, tahu, bakwan dsb, juga usus, jeroan yang disate dan masih banyak lagi.

Tanpa babibu gue langsung tanya berapa harga nasi yang ada di depan meja gua.

“Bang itu nasinya yang dibungkusin berapa?”

“Oh itu dua ribu aja dek, oh iya tolong jangan panggil saya bang, saya gak begitu suka dengernya.”

“Ehh... kalau ane gak boleh manggil bang terus ane harus manggil apa om, mas, bro atau apa nie?”

“Oh panggil saja nama saya Jono atau Satou, tapi kalau manggil nama saya mohon pake honorific ya kayak san gitu.”

“Hahaha... serius bang ane suruh manggil gitu eh sorry maksud ane Jono san gitu tapi rada ambigu.”

“Iya biasain aja dulu, aku gak suka dengan panggilan bang gitu.”

“Oke, oke, woles ane bakal manggil Jono san mulai sekarang tapi kalau Jono rasanya aneh gimana kalau Satou san aja bisa gak?”

“Hmm gitu juga boleh.”

“Ngomong-ngomong nie Satou san emang ente dari jepang ya? kok namanya Jepang banget sih.”
“Bisa dikata begitu kalau saya berasal dari Jepang.”

“Maaf ni ye Satou san, ente dari jepang tapi muka indo banget malah gak keliatan Jepangnya malah muka ndeso gitu walaupun ente rada putih sih emang, maaf nie yak Satou san bukan maksudnya menghina nie.”

“Hahaha... ya gak apa-apa sih mas santai saja memang saya orang Jawa, bapak saya orang solo asli, ibu saya jepang tinggal daerah kumamoto sana.”

“Ooh ternyata ente anak blasteran rupanya, pantes rada aneh aja kok kayaknya kental banget nuansa Jepang di gerobak ini.”

Bussett dah tanpa gue sadar tiba-tiba gua udah ngomong panjang lebar gini sama ownernya ni HIK. Gue baru tau kalau daerah sini dibuka HIK kaya gini.

“Satou san ane mau tanya ente baru buka HIK dimari ya?”

“Hmm iya sih baru satu minggu, oh iya ngomong nama kamu siapa ya?”

Eeiit sebelum gue jawab pertanyaan si Satou san gue mau buka nasi bungkus ini dulu perut gue dah laper keroncongan.

“Name ane Ridho bang, eh salah Satou san. Nyam.nyam,nyam.”

“Hahaha, gimana dho enak gak nasi kucingnya.”

“Oh jadi ini namanya nasi kucing ya, enak juga Satou san kebetulan gue lagi laper.”

“Haha lanjut deh makannya.”

“Ngomong-ngomong nie gorengan yang ada dimari seribu kan hargana?

“Ya, semuanya seribu kok.”

“Jadi nie usus, sama jeroan nya juga seribu ya?”

“Enak aja kamu, tapi ya ambil satu aja saya kasih gratis deh.”

“Wah thanks Satou san, lumayan kenyang dah nie.”

Sepertinya malem ini adalah malem yang beruntung bagi gue, cuma dengan lima ribu dah kenyang deh malem ini. Hmm gak kerasa udah mau jam sebelas aja waktunya gue cao dari sini dah, nyiapin besok materi buat kuliah sama tugas-tugas kelompok.

“Satou san nasi dua sama gorengan 1 semuannya lima ribu kan.”

“Ya tapi, kamu tadi makan usus jeroan satu kan.”

“Ehh, bukanya tadi Satou san bilang gratis.”

“heheh iya gratis, gratis, tadi cuma mau bercanda doang.”

“Waduh jangan nakutin, gitu dong Tou san.”

“Tou san?”

“Ya ribet kalau manggil satou, satou gitu disingkat aja gak apa-apa kan Tousan?”

“Hmm boleh juga dari satou menjadi ayah hahaha.”

“Ini duitnya Tousan.”

“Wah makasih ya, eh dho ini ambil aja gorengan nya dua lagi gratis kok.”

“Eh, yang bener lucky, wah thanks banget ni Tousan sekali lagi.”

“Oke sama-sama, sering –sering mampir sini ya.”

“Oke, itu dah pasti ane bakal mampir sini lagi.”

Gue langsung berdiri dan segera cabut dari HIK nya Tousan. Yah malem-malem begini ada aja rejeki kalau gak males nyari bisa balik pulang sambil ngemil gorengan bener-bener berkahlah buat gue. Gue bakal balik sini lagi kalau perut gua laper malem-malem.
END
Footnote
HIK: Hidangan istimewa Kampung
San: Honorific atau gelar seperti mas untuk orang jepang
Sebenarnya saya  mau menambahkan lebih banyak lagi catatan kaki dalam tulisan yang menggunakan kata tidak baku, tapi saya rasa tidak perlu karena saya tahu pasti kalian sudah mengerti dan paham akan bahasa-bahasa yang tidak baku yang sering digunakan di sosial media dan kaskus.

 Ini hanya prologue untuk cerita minggu depan karena mengambil tema berurusan dengan obrolan Jepang sangat susah mencari temanya. Jadi saya mengambil tema lokal.